Masa Pandemi

Penyakit Mata

Masalah mata kering tidak bisa disepelekan karena prevalensi yang cukup tinggi.

Mata kering dapat menyebabkan kerusakan di permukaan mata. Masalah mata kering juga tidak bisa disepelekan karena prevalensi yang cukup tinggi hingga mencapai 20 persen di Indonesia. Bahkan, lanjut usia bisa sampai 30 persen. Ada pula populasi tertentu yang memiliki risiko lebih tinggi, yaitu yang memiliki kelainan metabolik.

 

Beberapa kelompok individu yang berisiko alami mata kering yaitu berusia di atas 50 tahun, wanita pascamenopause serta faktor lingkungan seperti debu, berangin dan juga asap rokok. Selain itu riwayat operasi mata sebelumnya, penggunaan obat-obatan minum maupun tetes tertentu, pemakaian kontak lensa tidak sesuai anjuran dokter, juga menyebabkan mata kering. "Saat pandemi yang juga lama menatap televisi dan gadget juga membuat mata kering," ujar dr Damara.

 

Faktor risiko lain adalah populasi dengan sindrom metabolik termasuk diabetes mellitus. Kaitan mata kering dengan sindrom metabolik, prevalensi lebih tinggi dibandingkan populasi biasa atau yang tidak mengalami kelainan metabolik. Bisa mencapai lebih dari 20 persen. Penyakit metabolik yang bisa disertai dengan mata kering adalah hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol dan lainnya.

Pada pasien dengan kelainan metabolik juga memiliki mata kering akan memerlukan penanganan yang bukan hanya dimatanya tapi juga sistemik. "Yang dikhawatirkan dapat menjadi suatu fenomena gunung es. Hanya permukaan saja yang terlihat. Sebenarnya masih banyak pasien belum terdiagnosis oleh dokter mata,'' katanya.

 

Medical Expert Combiphar, dr Carlinda Nekawaty, mengatakan kita perlu mewaspadai adanya dampak dari pola hidup tidak sehat yang dapat memicu sindrom metabolik sekaligus beresiko mengakibatkan mata kering.

 

Sindrom metabolik merupakan sekelompok gangguan kesehatan yang terjadi secara bersamaan. Gangguan itu meliputi peningkatan tekanan darah tinggi, penumpukan lemak di perut, serta kenaikan kadar gula darah, kolesterol dan trigliserida. Sindrom metabolik dapat memicu terjadinya peningkatan osmolaritas air mata, sehingga membuat lapisan air mata tidak stabil akibat produksi yang rendah atau penguapan berlebih. "Jangan biarkan kondisi mata kering berkembang menjadi penyakit kronis yang parah, hal ini berakibat resisten terhadap pengobatan,” katanya.

FREEPIK

Freepik

Freepik

Situasi pandemi yang membuat seseorang lebih banyak duduk atau berbaring sambil menonton televisi hingga sering menatap layar gawai dalam jangka waktu yang cukup lama ternyata memicu munculnya mata kering.

 

Ophthalmologist, dr Damara Andalia SpM menjelaskan gejala mata kering adalah rasa mengganjal, sering merah, berair, merasa kering, sensasi berpasir, terdapat kotoran mata, terasa lengket dan sering mengucek mata. Selain itu mata terasa cepat lelah dan pegal, mudah silau dan sensitif terhadap cahaya.

 

Mata kering bisa lebih berat karena penggunaan monitor lama, penggunaan gawai  dengan durasi panjang dan paparan AC yang meningkatkan evaporasi air mata juga penggunaan lensa kontak.

 

Apabila tidak memiliki gejala, bukan berarti terbebas dari gejala. Dari penelitian yang ada, sebagian besar pasien tidak memiliki gejala mata kering, namun begitu diperiksa air matanya tidak normal. Maka dari itu, tidak bisa hanya mengandalkan gejala saja untuk mengetahui seseorang mengalami mata kering atau tidak. Karena ujung-ujungnya diagnosis yang menentukan.

 

Untuk mendiagnosis mata kering yang dilihat pertama adalah gejalanya, ada atau tidak keluhan yang dirasakan pasien. Tak hanya itu, harus ada komponen lainnya seperti apakah air matanya normal atau tidak. Caranya dengan menilai penguapan air matanya seberapa cepat, pengukuran kadar atau volume air mata sebesar apa.

Tak ketinggalan, analisis apakah ada gangguan pada kelanjar minyak dan dilihat apakah sudah mulai ada kerusakan di kornea. Nantinya bisa terjadi peradangan maupun infeksi.

 

Jika tidak dapat diatasi, mata kering bisa menyebabkan penurunan kualitas hidup. ''Ini karena tidak dapat beraktivitas optimal, mata mudah lelah, tidak nyaman, kerja tidak bisa, aktivitas tidak bisa, akhirnya kualitas hidup tidak tercapai. Apalagi jika kita harus bergantung dengan obat-obat. Tentu ini membuat keseharian seseorang menjadi tidak nyaman,'' kata Damara.

 

Lebih berat lagi bisa menimbulkan kerusakan air mata, atau komplikasi luka terbuka pada lapisan luar pelindung mata yakni kornea, seperti putih, mata merah meradang atau infeksi. Hal ini bisa bersifat, ringan, sedang atau berat.

 

Saat mata menjadi kering, terdapat perasaan nyeri seperti tertekan dan sensasi berpasir di bagian mata yang dapat menyebabkan robekan berlebihan pada kornea. Ketika hal tersebut terjadi, peningkatan frekuensi berkedip serta refleks air mata yang lebih tinggi akan mempengaruhi sel imun dan aliran darah sehingga rentan terjadi peradangan pada mata.

 

Masalah ini tentu membuat penderita tidak nyaman, dan dapat mengalami depresi, gangguan tidur atau sakit kepala migrain. Jika mata menjadi kering, maka akan sangat mudah untuk mata terinfeksi hal-hal yang datang dari luar seperti polusi maupun bakteri.

Untuk membantu menciptakan generasi Indonesia yang lebih sehat, Medical Expert Combiphar, dr Carlinda Nekawaty membagikan tiga tips yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko mata kering:

Pengobatan menyeluruh

 

Menurutnya, pengobatan mata kering kering harus ditangani secara menyeluruh. Pertama harus diketahui apa penyebabnya, tipe apa dan penyakit yang mendasari. “Walau mata kering adalah penyakit yang sering ditemui, namun sifatnya kompleks, maka penting untuk mencari tahu secara detail penyebab dan faktor risiko dari mata kering agar dapat ditangani dengan baik sehingga tidak sampai mengganggu kualitas hidup," ujarnya.

 

Pengobatan bersifat jangka panjang, tidak bisa dalam waktu singkat. Penanganan tidak hanya pada gejala. Terapi yang bisa dimulai dengan modifikasi gaya hidup.

 

Selain itu, lanjutnya, penting pula bagi kita untuk menjaga kesehatan mata saat masa pandemi seperti ini, dengan menerapkan pola hidup sehat dan membatasi penggunaan screen dan AC yang berlebihan sebagai kunci preventif, serta penggunaan tetes mata yang tepat sesuai kebutuhan dan keadaan mata.

 

"Misalnya di era pandemi, aktivitas screen meningkat bisa dilakukan pembatasan. Mengistirahatkan mata setiap 20 menit selama 20 detik untuk melihat enam meter. Dengan begitu kata rileks tidak terpaku pada gawai terus menerus," ujar Damara.

 

Penanganan mata kering juga bisa dilakukan dirumah dengan kompres air hangat, menjaga kebersihan kelopak mata, mengonsumi  air yang cukup, modifikasi gaya hidup, dan membatasi waktu menatap gawai.

RENDY NOVANTINO/UNSPLASH

Bebaskan Diri dari Mata Kering

Jurus Jitu Mata Sehat

Kombinasi gaya hidup aktif dan sehat, serta konsumsi layar seimbang penting untuk segera dilakukan secara konsisten untuk menghindari mata kering.

Situasi pandemi berkepanjangan saat ini cenderung memicu gaya hidup tidak banyak bergerak yang berakibat buruk pada kesehatan, termasuk kesehatan mata. Padahal situasi semacam ini mengharuskan kita untuk menjaga dan memperhatikan kesehatan lebih dari sebelumnya. Kondisi pandemi membuat seseorang lebih banyak duduk atau berbaring sambil menonton televisi, membaca dan menatap layar gawai dalam jangka waktu yang cukup lama, hal ini akan berisiko terjadinya mata kering.

 

Senior Vice President Marketing & International Operations Combiphar, Weitarsa Hendarto mengatakan masa pandemi memang menantang kita untuk terus melakukan aktivitas fisik. Perlu mendisiplinkan diri agar banyak bergerak untuk menjaga kebugaran. Beraktivitas fisik akan memberikan keuntungan kesehatan dan menurunkan risiko penyakit, termasuk membantu kenyamanan mata.

 

"Oleh karena itu, kombinasi gaya hidup aktif dan sehat, serta konsumsi layar seimbang penting untuk segera dilakukan secara konsisten untuk menghindari mata kering,” ujarnya dalam acara Combiphar Health Desk.

 

Ophthalmologist, dr Damara Andalia SpM menjelaskan mata kering adalah keadaan di mana lapisan air mata tidak stabil karena volume yang kurang atau penguapan yang berlebihan. Mata kering disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya penurunan produksi dan kualitas air mata.

top

FREEPIK